CPNS Dan Mati Lampu
Bulan September tahun ini begitu
berkesan bagi warga kota Padang. Pasalnya, di bulan yang ke Sembilan di tahun
2013 kali ini begitu bertepatan dengan fenomena CPNS dan Mati lampu yang
berkepanjangan.
Formasi Calon Pegawai Negeri
Sipil (CPNS) pun dimulai pada bulan September ini, beberapa kementerian secara
terbuka mengundang putra-putri terbaik Indonesia mengikuti penyisihan sebagai
abdi Negara.
Jadwal pendaftaran bagi calon
pengabdi Negara sudah di beritakan dalam sejumlah media massa sejak awal-awal
September lalu, berbondong-bondong para lulusan sarjana dan pencari kerja untuk
mencoba mencari peruntungan di pemerintahan.
Adapun peluang yang dibuka sebagai tenaga
teknis maupun administrasi, semua pencari kerja di kota Padang menyerbu
kantor-kantor yang melayani jalur mekanisme pengurusan surat guna syarat
administrasi yang telah ditetapkan masing-masing kementerian.
Mulai dari kantor lurah,
kepolisian Negara, hingga ke kementerian dinas tenaga kerja yang bernaung di
tanah minang khusunya Kota Padang. Antrian panjang, bahkan pungutan liar tampak
menghiasi fenomena jelang seleksi tes Pegawai abdi Negara ini dimulai awal
November mendatang.
Sebut saja, Nova (27) rela
mengeluarkan recehan sisa celengan yang telah ditabung beberapa bulan
belakangan untuk mengurus administrasi sebagai tahap awal seleksi. Semenjak
dirinya masih berstatus Mahasiswa di Universitas Negeri Padang, wanita asal
Payakumbuh ini telah di doktrin oleh kedua orang tuanya untuk ikut seleksi tes
penerimaan CPNS tahun 2013.
“Banyak punglinya. Dari kelurahan
sampai di kantor dinas ketenagakerjaan, pasti saya mengeluarkan recehan”. Ujar
Nova kepada Padang Ekspress beberapa waktu lalu.
Adapun biaya yang kerap di
sodorkan petugas antara lain pengurusan Surat Keterangan Catatan Kepolisian
(SKCK), Surat Keterangan Tidak Mampu dan biaya-biaya lain yang berbentuk non
teknis. Parkir liar dan materai yang cukup banyak terjadi disaat pelamar berada
dilapangan.
“Pengurusan SKCK kita minta biaya
tambahan (Rp.10.000) per surat. Sedangkan surat-surat lainya kita minta biaya
tambahan (Rp.5000)” ungkap salah satu petugas yang tidak berkenan memberikan
nama di kelurahan Pasar Ambacang.
Berbagai alasan para pencari
kerja untuk latah mendaftarkan diri sebagai pengabdi Negara di tanah air. Susahnya
mencari pekerjaan di sektor lain dan kurangnya kreatifitas anak muda paska
lulus kuliah lah yang membuat seseorang ikut latah mendaftarkan diri sebagai
PNS.
Penghasilan yang pasti didapat
tiap bulan, dan banyaknya tunjangan yang didapat serta terjaminnya masa tua
dari pension yang dihimpun dari pemotongan gaji tiap bulannya. Dengan berbagai fasilitas Negara yang didapat
merupakan impian para pengabdi yang didominasi para lulusan sarjana bahkan
paska sarjana.
Tidak yakin terhadap diri sendiri
dan tidak siapnya diri menghadapi kehidupan masa mendatang, membuat para
lulusan universitas tersebut berbondong-bondong mengurusi syarat administrasi.
Jika seandainya para pencari kerja yang didominasi lulusan terbaik universitas
yang ada di kota Padang ini membuka usaha, maka makin sedikitlah peminat
pencari kerja ikut antri dalam mengurus administrasi CPNS tahun ini.
Namun kenyataannya, teori-teori manajemen dan
kewirausahan yang didapat di bangku kuliah hanya formalitas mendapatkan nilai
dari dosen belaka.
Banyaknya rangakaian tahapan
seleksi yang akan dilalui para pencari kerja, mulai dari kelengkapan
administrasi hingga tes kemampuan individual. Para pencari kerja juga harus
sabar dalam menunggu hasil kelulusan yang jadwalnya bisa keluar beberapa bulan mendatang.
Namun ada hal yang begitu perih
yang dirasakan warga kota Padang di bulan September ini yaitu seringnya padam
listrik. Perusahaan Listrik Negara berkilah kalau seringnya padam gilirian itu
disebabkan adanya kerusakan pada PLTA Ombilin. Sehingga daya listrik pun tidak
kuat mengaliri listrik yang ada di kota Padang.
Sehari, warga Padang bisa
merasakan dua bahkan tiga kali merasakan pudurnya listrik. Tidak satu jam dua
jam lamanya warga merasakan bergelap-gelap dengan mengunakan lilin. Tiga sampai
empat jam lamanya, bisa dibayangkan bagaimana meruginya pengusaha ayam dan
daging untuk mendinginkan bahan mentah yang dijualnya?.
Tanggal 5 September lalu,
masyarakat Padang meluapkan kekesalnya terhadap GM Pln wilayah Sumbar dengan
cara di demo besar-besaran dari berbagai aliansi masyarakat. Adapun materi yang
di demo tidak lain mendengar jawaban dan solusi PLN terhadap pemadaman bergilir
tersebut. Alhasil, beberapa jawaban didapat masyarakat dengan cara berdialog
langsung dengan pimpinan PLN sumbar, Warsito Hadi.
Rangkaian demo tersebut
sebelumnya terjadi atas keluapan emosi warga yang bermukim di kota Padang. Para
pedagang sering mengalami kerugian dari pendapatan perhari penjualan dibanding
sebelum PLN menggilir pemadaman listrik.
“Listrik padam jelas merugikan kami, ayam kita simpan di dalam lemari es
khusus dengan kedinginan cukup. Ketika mati listrik, otomatis ayam dalam
keadaan yang tidak semestinya dingin, sehingga tidak jarang ayam yang kita jual
dalam keadaan tidak segar” ujar Heri Indra (47), pedagang ayam di Pasar Raya
Padang.
Dua fenomena yang diatas
betul-betul begitu hangat dirasakan warga kota Padang beberapa hari belakangan
ini. CPNS dan Mati lampu. Birokrasi kita akan semakin terkotak-kotak dengan dua
fenomena ini. Pertama dapat terjadi dari perekrutan administrasi dan kedua
terkotak-kotak akibat mati lampu kepanjangan di negeri ranah minang.
Semoga tidak ada kelanjutan mati lampu dan CPNS
di bulan-bulan akan datang. Memang tidak ada salahnya berlatah-latah ikut
mendaftar dan ikut tes seleksi CPNS, namun apa tidak ada jalan lain untuk
mencari bahkan membuka usaha sendiri lebih mulia dari pada menyogok lulus
mendapat golongan tiga A di instansi Pemerintahan.