10/09/13

Fenomena Kota Padang Hari Ini



CPNS Dan Mati Lampu
Bulan September tahun ini begitu berkesan bagi warga kota Padang. Pasalnya, di bulan yang ke Sembilan di tahun 2013 kali ini begitu bertepatan dengan fenomena CPNS dan Mati lampu yang berkepanjangan.
Formasi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) pun dimulai pada bulan September ini, beberapa kementerian secara terbuka mengundang putra-putri terbaik Indonesia mengikuti penyisihan sebagai abdi Negara.
Jadwal pendaftaran bagi calon pengabdi Negara sudah di beritakan dalam sejumlah media massa sejak awal-awal September lalu, berbondong-bondong para lulusan sarjana dan pencari kerja untuk mencoba mencari peruntungan di pemerintahan.
 Adapun peluang yang dibuka sebagai tenaga teknis maupun administrasi, semua pencari kerja di kota Padang menyerbu kantor-kantor yang melayani jalur mekanisme pengurusan surat guna syarat administrasi yang telah ditetapkan masing-masing kementerian.
Mulai dari kantor lurah, kepolisian Negara, hingga ke kementerian dinas tenaga kerja yang bernaung di tanah minang khusunya Kota Padang. Antrian panjang, bahkan pungutan liar tampak menghiasi fenomena jelang seleksi tes Pegawai abdi Negara ini dimulai awal November mendatang.
Sebut saja, Nova (27) rela mengeluarkan recehan sisa celengan yang telah ditabung beberapa bulan belakangan untuk mengurus administrasi sebagai tahap awal seleksi. Semenjak dirinya masih berstatus Mahasiswa di Universitas Negeri Padang, wanita asal Payakumbuh ini telah di doktrin oleh kedua orang tuanya untuk ikut seleksi tes penerimaan CPNS tahun 2013.
“Banyak punglinya. Dari kelurahan sampai di kantor dinas ketenagakerjaan, pasti saya mengeluarkan recehan”. Ujar Nova kepada Padang Ekspress beberapa waktu lalu.
Adapun biaya yang kerap di sodorkan petugas antara lain pengurusan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK), Surat Keterangan Tidak Mampu dan biaya-biaya lain yang berbentuk non teknis. Parkir liar dan materai yang cukup banyak terjadi disaat pelamar berada dilapangan.
“Pengurusan SKCK kita minta biaya tambahan (Rp.10.000) per surat. Sedangkan surat-surat lainya kita minta biaya tambahan (Rp.5000)” ungkap salah satu petugas yang tidak berkenan memberikan nama di kelurahan Pasar Ambacang.
Berbagai alasan para pencari kerja untuk latah mendaftarkan diri sebagai pengabdi Negara di tanah air. Susahnya mencari pekerjaan di sektor lain dan kurangnya kreatifitas anak muda paska lulus kuliah lah yang membuat seseorang ikut latah mendaftarkan diri sebagai PNS.
Penghasilan yang pasti didapat tiap bulan, dan banyaknya tunjangan yang didapat serta terjaminnya masa tua dari pension yang dihimpun dari pemotongan gaji tiap bulannya.  Dengan berbagai fasilitas Negara yang didapat merupakan impian para pengabdi yang didominasi para lulusan sarjana bahkan paska sarjana.
Tidak yakin terhadap diri sendiri dan tidak siapnya diri menghadapi kehidupan masa mendatang, membuat para lulusan universitas tersebut berbondong-bondong mengurusi syarat administrasi. Jika seandainya para pencari kerja yang didominasi lulusan terbaik universitas yang ada di kota Padang ini membuka usaha, maka makin sedikitlah peminat pencari kerja ikut antri dalam mengurus administrasi CPNS tahun ini.
 Namun kenyataannya, teori-teori manajemen dan kewirausahan yang didapat di bangku kuliah hanya formalitas mendapatkan nilai dari dosen belaka.
Banyaknya rangakaian tahapan seleksi yang akan dilalui para pencari kerja, mulai dari kelengkapan administrasi hingga tes kemampuan individual. Para pencari kerja juga harus sabar dalam menunggu hasil kelulusan yang jadwalnya bisa keluar beberapa bulan mendatang.   
Namun ada hal yang begitu perih yang dirasakan warga kota Padang di bulan September ini yaitu seringnya padam listrik. Perusahaan Listrik Negara berkilah kalau seringnya padam gilirian itu disebabkan adanya kerusakan pada PLTA Ombilin. Sehingga daya listrik pun tidak kuat mengaliri listrik yang ada di kota Padang.
Sehari, warga Padang bisa merasakan dua bahkan tiga kali merasakan pudurnya listrik. Tidak satu jam dua jam lamanya warga merasakan bergelap-gelap dengan mengunakan lilin. Tiga sampai empat jam lamanya, bisa dibayangkan bagaimana meruginya pengusaha ayam dan daging untuk mendinginkan bahan mentah yang dijualnya?.  
Tanggal 5 September lalu, masyarakat Padang meluapkan kekesalnya terhadap GM Pln wilayah Sumbar dengan cara di demo besar-besaran dari berbagai aliansi masyarakat. Adapun materi yang di demo tidak lain mendengar jawaban dan solusi PLN terhadap pemadaman bergilir tersebut. Alhasil, beberapa jawaban didapat masyarakat dengan cara berdialog langsung dengan pimpinan PLN sumbar, Warsito Hadi.
Rangkaian demo tersebut sebelumnya terjadi atas keluapan emosi warga yang bermukim di kota Padang. Para pedagang sering mengalami kerugian dari pendapatan perhari penjualan dibanding sebelum PLN  menggilir pemadaman listrik.
  “Listrik padam jelas merugikan kami, ayam kita simpan di dalam lemari es khusus dengan kedinginan cukup. Ketika mati listrik, otomatis ayam dalam keadaan yang tidak semestinya dingin, sehingga tidak jarang ayam yang kita jual dalam keadaan tidak segar” ujar Heri Indra (47), pedagang ayam di Pasar Raya Padang.
Dua fenomena yang diatas betul-betul begitu hangat dirasakan warga kota Padang beberapa hari belakangan ini. CPNS dan Mati lampu. Birokrasi kita akan semakin terkotak-kotak dengan dua fenomena ini. Pertama dapat terjadi dari perekrutan administrasi dan kedua terkotak-kotak akibat mati lampu kepanjangan di negeri ranah minang.
Semoga tidak ada kelanjutan mati lampu dan CPNS di bulan-bulan akan datang. Memang tidak ada salahnya berlatah-latah ikut mendaftar dan ikut tes seleksi CPNS, namun apa tidak ada jalan lain untuk mencari bahkan membuka usaha sendiri lebih mulia dari pada menyogok lulus mendapat golongan tiga A di instansi Pemerintahan.