23/07/13

fotojurnalis : Fenomena di Bulan Ramadhan

fotojurnalis : Fenomena di Bulan Ramadhan: Ramadhan sudah berada ditengah, sebentar lagi bulan barakah ini segera meninggalkan kita. Awal 1 Ramadhan 1434 H lalu sudah kita tinggalkan...

Fenomena di Bulan Ramadhan

Ramadhan sudah berada ditengah, sebentar lagi bulan barakah ini segera meninggalkan kita. Awal 1 Ramadhan 1434 H lalu sudah kita tinggalkan begitu saja. Tanpa terasa, sudah lima belas hari lamanya ramadhan berjalan berlalu hingga hari ini.

Waktu memang tidak bisa di putar, hari kemarin merupakan masa lalu kita, sedangkan hari esok masih merupakan impian dalam menjalani kehidupan ini. Dan kehidupan yang sesungguhnya adalah hari ini, sehingga kita harus selalu bersyukur atas pemberian rizki Tuhan yang kita rasakan saat ini. Yaitu, umur panjang dan iman yang ada pada diri kita.

Sebagai makhluk hidup yang bernyawa, pasti akan berakhir dengan kematian. Dan bulan ramadhan tahun esok belum tentu kita merasakan dan menjumpainya jika Tuhan YME hendak memanggil kita untuk kembali ke kampung halaman (akhirat) nantinya. Oleh sebab itu, sekiranya kita sebagai makhluk berpikir untuk merenungkan persiapan bekal untuk hari kematian itu datang. Berbeda dengan makhluk hidup lainya, yang mati tidak perlu dimintai pertanggung jawabannya. Hewan berakir menjadi bangkai, tumbuh-tumbuhan berakhir kembali jadi tanah.

Mungkin, dilebaran tahun ini kita masih bisa berkumpul dengan keluarga besar yang kita cintai. Tapi, apa ada  jaminan jika lebaran tahun esok kita sudah tidak bisa merasakan hal tersebut karena sudah menghadap sang khalik Allah SWT alias meninggal dunia.

Meski begitu, masih banyak saja orang-orang yang belum sadar akan hal itu. Maksiat tetap saja di lakukan meski dibulan suci ramadhan. Coba saja kita lihat berita yang ada di media tivi dan koran. Masih saja banyak pelaku prostitusi menjajakan diri di tempat lokalisasi yang seharusnya di tutup. Namun kenyataannya, masih saja pria dan wanita melakukan perbuatan yang sangat dibenci Allah Swt.

Selain itu, perilaku tidak menghormati yang menjalani shaum atau puasa kerap tampak di jalanan yang tetap menjajakan makanan. Memang tidak semua orang yang berpuasa, karena di Indonesia tidak hanya umat muslim saja yang menempatinya. Dan seharusnya perilaku tenggang rasa harus di tegakan demi kelancaran ibadah puasa yang tengah dijalankan umat muslim di tanah air ini.

Perilaku seperti ini kerap kita temui di arena pasar, dan tempat-tempat umum lainya. Para sopir angkot, dan kuli bangunan tampak dengan santai meminum dan memakan makanan di tengah terik panasnya matahaari. Mungkin hal itu disebabkan kerasnya pekerjaan yang meraka lakoni guna membiayai kebutuhan hidup mereka. Namun tidak seharusnya, mereka merokok dan meminum di depan umum disaat bulan puasa ini.

Tidak semua profesi keras yang menyebabkan seseorang tidak berpuasa. Banyak profesi kasar lainya yang tidak menyurutkan niat puasa seseorang. Semuanya hanya tergantung atas iman seseorang dalam menjalankannya. Dan sudah seharusnya demikian, untuk menghormati umat muslim dalam menjalankan ibadah puasa.

Ibadah lainya selain puasa selama bulan ramadhan ada namanya Sholat Tarawih. Tradisi yang kerap mewarnai sholat yang berakaatkan 11 dengan sholat witir ini, masjid tampak begitu ramai didatangi umat yang hendak mengejar pahala dari sang Khalik.

Dimalam pertama, masjid-masjid tampak ramai dipenuhi jamaah, namun di malam ke 10 dan seterusnya pemandangan lain tampak menonjol yaitu lengangnya jamaah yang datang untuk sholat jamaah di masjid.  Situasi seperti ini memang selalu terjadi di masjid-masjid, terutama masjid yang berada di lokasi perumahan. Warganya tidak konsisten dalam meramaikan masjid untuk sholat berjamaah Tarawih.

Hal itu bisa saja terjadi karena kesibukan kerja dan kegiatan di luar perumahan. Jadi, tidak mengherankan apabila di hari pertama hingga ke sepuluh antusias umat muslim menjalankan sholat berjamaah isya hingga witir di masjid masih tinggi dibanding dihari berikutnya.